Upaya Pencegahan Masalah
Penyalahgunaan Narkoba
Karakteristik psikogis yang khas
pada remaja merupakan faktor yang memudahkan terjadinya tindakan penyalahgunaan
zat. Namun demikian, untuk terjadinya hal tersebut masih ada faktor lain yang
memainkan peranan penting yaitu faktor lingkungan si pemakai zat. Faktor
lingkungan tersebut memberikan pengaruh pada remaja dan mencetuskan timbulnya
motivasi untuk menyalahgunakan zat. Dengan kata lain, timbulnya masalah
penyalahgunaan zat dicetuskan oleh adanya interaksi antara pengaruh lingkungan
dan kondisi psikologis remaja.
Di dalam upaya pencegahan, tindakan
yang dijalankan dapat diarahkan pada dua sasaran proses. Pertama diarahkan pada
upaya untuk menghindarkan remaja dari lingkungan yang tidak baik dan diarahkan
ke suatu lingkungan yang lebih membantu proses perkembangan jiwa remaja. Upaya
kedua adalah membantu remaja dalam mengembangkan dirinya dengan baik dan
mencapai tujuan yang diharapkan (suatu proses pendampingan kepada si remaja,
selain: pengaruh lingkungan pergaulan di luar selain rumah dan sekolah).
Jadi remaja sebenarnya berada dalam
3 (tiga) pengaruh yang sama kuat, yakni sekolah (guru), lingkungan pergaulan
dan rumah (orang tua dan keluarga); serta ada 2 buah proses yakni menghindar
dari lingkungan luar yang jelek, dan proses dalam diri si remaja untuk mandiri
dan menemukan jatidirinya.
Dalam rangka membimbing dan mengarahkan
perkembangan remaja, bidang yang menjadi pusat perhatian adalah:
1. Sikap dan tingkah laku
Tujuan dari suatu perkembangan
remaja secara umum adalah merubah sikap dan tingkah lakunya, dari cara yang
kekanak-kanakan menjadi cara yang lebih dewasa. Sikap kekanak-kanakan seperti
mementingkan diri sendiri (egosentrik), selalu menggantungkan diri pada orang
lain, menginginkan pemuasan segera, dan tidak mampu mengontrol perbuatannya,
harus diubah menjadi mampu memperhatikan orang lain, berdiri sendiri, menyesuaikan
keinginan dengan kenyataan yang ada dan mengontrol perbuatannya sehingga tidak
merugikan diri sendiri dan orang lain.
Untuk itu dibutuhkan perhatian dan
bimbingan dari pihak orang tua. Orang tua harus mampu untuk memberi perhatian,
memberikan kesempatan untuk remaja mencoba kemampuannya. Berikan penghargaan
dan hindarkan kritik dan celaan.
2. Emosional
Untuk mendapatkan kebebasan
emosional, remaja mencoba merenggangkan hubungan emosionalnya dengan orang tua;
ia harus dilatih dan belajar untuk memilih dan menentukan keputusannya sendiri.
Usaha ini biasanya disertai tingkah laku memberontak atau membangkang. Dalam
hal ini diharapkan pengertian orang tua untuk tidak melakukan tindakan yang
bersifat menindas, akan tetapi berusaha membimbingnya secara bertahap. Usahakan
jangan menciptakan suasana lingkungan yang lain, yang kadang-kadang
menjerumuskannya. Anak menjadi nakal, pemberontak dan malah mempergunakan
narkotika (menyalahgunakan obat).
3. Mental - intelektual
Dalam perkembangannya mental -
intelektual diharapkan remaja dapat menerima emosionalnya dengan memahami
mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya. Dengan begitu ia dapat membedakan
antara cita-cita dan angan-angan dengan kenyataan sesungguhnya.
Pada mulanya daya pikir remaja
banyak dipengaruhi oleh fantasi, sejalan dengan meningkatnya kemampuan berpikir
secara abstrak. Pikiran yang abstrak ini seringkali tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada dan dapat menimbulkan kekecewaan dan keputusasaan. Untuk
mengatasi hal ini dibutuhkan bantuan orang tua dalam menumbuhkan pemahaman diri
tentang kemampuan yang dimilikinya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya
tersebut. Jangan membebani remaja dengan berbagai macam harapan dan angan-angan
yang kemungkinan sulit untuk dicapai.
4. Sosial
Untuk mencapai tujuan perkembangan,
remaja harus belajar bergaul dengan semua orang, baik teman sebaya atau tidak
sebaya, maupun yang sejenis atau berlainan jenis. Adanya hambatan dalam hal ini
dapat menyebabkan ia memilih satu lingkungan pergaulan saja misalnya suatu
kelompok tertentu dan ini dapat menjurus ke tindakan penyalahgunaan zat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa ciri khas remaja adalah adanya ikatan yang erat
dengan kelompoknya.
Hal ini menimbulkan ide, bagaimana
caranya agar remaja memiliki sifat dan sikap serta rasa (Citra: disiplin dan
loyalitas terhadap teman, orang tua dan cita-citanya. Selain itu juga kita
sebagai orang tua dan guru, harus mampu menumbuhkan suatu Budi Pekerti/Akhlaq
yang luhur dan mulia; suatu keberanian untuk berbuat yang mulia dan menolong
orang lain dan menjadi teladan yang baik.
5. Pembentukan identitas diri
Akhir daripada suatu perkembangan
remaja adalah pembentukan identitas diri. Pada saat ini segala norma dan nilai
sebelumnya merupakan sesuatu yang datang dari luar dirinya dan harus dipatuhi agar
tidak mendapat hukuman, berubah menjadi suatu bagian dari dirinya dan merupakan
pegangan atau falsafah hidup yang menjadi pengendali bagi dirinya. Untuk
mendapatkan nilai dan norma tersebut diperlukan tokoh identifikasi yang menurut
penilaian remaja cukup di dalam kehidupannya. Orang tua memegang peranan
penting dalam preoses identifikasi ini, karena mereka dapat membantu remajanya
dengan menjelaskan secara lebih mendalam mengenai peranan agama dalam kehidupan
dewasa, sehingga penyadaran ini memberikan arti yang baru pada keyakinan agama
yang telah diperolehnya. Untuk dapat menjadi tokoh identifikasi, tokoh tersebut
harus menjadi kebanggaan bagi remaja. Tokoh yang dibanggakan itu dapat saja
berupa orang tua sendiri atau tokoh lain dalam masyarakat, baik yang masih ada
maupun yang hanya berasal dari sejarah atau cerita.
Sebagai ikhtisar dari apa yang dapat dilakukan orang tua dan guru dalam
upaya pencegahan, dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Memahami sikap dan tingkah laku
remaja dan menghadapinya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.
b. Memberikan perhatian yang cukup
baik dalam segi material, emosional, intelektual, dan sosial.
c. Memberikan kebebasan dan
keteraturan serta secara bersamaan pengarahan terhadap sikap, perasaan dan
pendapat remaja.
d. Menciptakan suasana rumah
tangga/keluarga yang harmonis, intim, dan penuh kehangatan bagi remaja.
e. Memberikan penghargaan yang layak
terhadap pendapat dan prestasi yang baik.
f. Memberikan teladan yang baik
kepada remaja tentang apa yang baik bagi remaja.
g. Tidak mengharapkan remaja
melakukan sesuatu yang ia tidak mampu atau orang tua tidak melaksanakannya
(panutan dan keteladanan).
Apa yang dikemukakan di atas
hanyalah merupakan petikan secara umum dan dalam penerapannya harus disesuaikan
dengan kondisi yang ada pada diri remaja maupun orang tua dan guru. Dengan
begitu maka setiap orang tua dan guru harus mampu untuk menafsirkan apa yang
dimaksud dan menerapkannya sesuai dengan apa yang diharapkan.
Yang paling penting adalah
pengenalan diri sendiri dari pihak orang tua sebelum mereka mengharapkan
remajanya mengenal dirinya. Dengan kata lain, apa yang diharapkan dari remaja
harus dapat dilaksanakan terlebih dahulu oleh orang tua dan guru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar